Wednesday, November 30, 2016

Kepada Ibu

Kepada Ibu, Ermawati Rasyid

Di suatu sore yang tidak sewarna senja, saya begitu merindukan ibu. Meski sebelum berangkat telah saya hirup punggung tangan ibu dan telah ibu kecup kening saya.
Meski tiap hari telah ibu hidangkan cerita hangat nan sederhana, juga meski tiap malam telah ibu roncekan doa-doa penangkal petaka.

Saya rindu kulit ibu yang dingin dan menipis. Bersalur riput-riput sewarna akasia dan alga.
Saya rindu bilah bibir ibu yang pucat, yang tiap keluar rumah harus dipulaskan gincu agar terlihat seranum delima.
Saya rindu lengan ibu, jari-jari yang berbuku, juga sepasang kaki yang dikerumuni tahi lalat yang hampir tiap malam saya pijat hingga ibu lelap tidur oleh pengabdian yang tak seberapa.

Bu, saya menangis saat menulis surat ini. Deras sekali.
Sederas hujan di Bulan September pada sore yang sungguh semrawut;
Orang-orang saling sikut,
jalan-jalan berubah carut,
dan cibir-cibir saling sahut.

Saya sayang ibu, doakan langkah saya selalu.


Dari anak ketigamu, yang akan terus menjadi anak-anak;
Menggambar batu dan bunga-bunga,
melumat pasir dan kembang gula.

Yang selalu belajar bagaimana berkata-kata dan memaknai dunia,
Zerlinda Siswati Zuhdi

No comments:

Post a Comment