Sunday, May 12, 2013

Gelas Plastik dan Hati

Sore itu di sebuah coffee shop, Aku termenung. Gelas plastik berisi latte yang tak lagi penuh, telah diam menyeluruh. Membiarkanku dan segala tanya yang menyeruak menggaduh.
Berkerubung dalam akal yang tak lagi dapat berpagutan. Hanya tanya tanpa jawab yang bersahutan.
Batinku meneriakkan sebuah nama yang Aku sendiri tak dapat mengejanya. Menerawangi sebuah wajah, yang tak dapat Aku jelaga.
Begitu kosong. Namun untuk membuai rasa dalam sosok yang tak kunjung terjamah, dayaku terlalu lemah.
Begitu merindu. Namun untuk merengguh khayal dalam kisah baru, imajiku begitu sendu.
Entahlah...
Hati ini terlalu cepat menancapkan sekat. Membiarkan yang mungkin patut begitu saja terlewat.

Renung panjangku menggiring pada tegukan terakhir.
Gelas plastik kini kosong. Sama seperti birunya hati yang dibiarkan melolong. Terjebak harap dalam gelapnya lorong.
Tanpa kata, tanpa suara yang menyokong.

Gelas plastik dan hati, kini sama-sama tak terisi. Menyapih diam dalam tahtanya sendiri. Membiarkan siapa saja hadir menaungi. Ia tak terpaut waktu tuk datang dan pergi. Namun pada akhirnya, akan ada yang secara penuh mengisi, setelah berpuluh menyambangi.