Monday, November 24, 2014

Bunga Rindu

Bulan menahun. Lembar-lembar buku harian menguning dimakan waktu. Gambar pada sampul depannya mengabur. Menjadi saksi paling setia untuk nama yang selalu hadir pada tiap goresan pena.

Kutuliskan segenap rasa dan doa. Sebuah kebiasaan yang takkan mengerti makna jengah dan payah. Namamu masih saja tertera disana. Menggenapkan baris-baris kaku yang enggan sampai kepadamu.

Kita remaja, kini beranjak dewasa. Gelayut rindu pada purnama tak lantas jadi beda. Dirundung kenangan-kenangan yang tak pernah bosan dikecap dalam asa. Tidak sekalipun.

Isak rindu yang menjadi parau, mengurai babak demi babak yang hanya bisa didekap. Binar matamu ada disitu. Timbul-tenggelam di balik kepulan masa lalu. Terselip di antara racau pada malam-malamku yang sendu.

Kerelaan belum juga menyambangi beranda. Tapi mendung yang jatuh di matamu selalu mengetuk sanubari. Menyapa hatiku menjadi dingin dan sepi.

Atas nama kerlip-kemerlip masa lalu. Juga rajuk-merajuk yang terkurung dalam pendar kuning lampu kamar, kutunaskan sebuah bunga rindu.

Di halaman hatimu.