Wednesday, June 5, 2013

Level 4

Hidup terkadang seperti memainkan sebuah game. Melakukan perjalanan, melewati rintangan, berupaya agar musuh dapat ditaklukkan, mengumpulkan koin penambah kekuatan, menemukan karakter sebagai teman perjalanan, dan tujuan akhirnya adalah Sang Raja - dapat dikalahkan.

Dari level 1-6 dunia perkuliahan, gue sedang berada di level 4. So far, this level is my favorite. Perjalanan 6 bulan yang begitu mengesankan sekaligus penuh renungan.

Di level ini, gue menolak untuk melanjutkan sebuah hubungan yang memulainya saja penuh dengan retorika sana-sini, sangat bersungut.
Menemukan karakter yang bahkan senyumnya tak pantas disambut. Tapi dengan ketergesaan, malah menyunggingkan senyum merekah untuk kisah yang sama sekali tak patut.
Untuk pertama kalinya, tertunduk dalam kerumunan sajak yang selama ini dapat kubuat takluk.
Dan mematut penuh tanya dalam harap yang tak terwujud.

Ini bagian musuh.

Gue bisa saja diam sejenak sembari atur strategi, atau malah menyerahkan diri – memutuskan untuk mengakhiri permainan, melewatkan kemungkinan bertemu dengan berbagai karakter yang bisa jadi teman menyusuri perjalanan, berhenti mengumpulkan koin penambah kekuatan, dan menggugurkan kesempatan untuk mengalahkan Sang Raja.

Itu pilihan.

Akhirnya dengan improvisasi dan renungan sana-sini, I think I should to face it. Menyelesaikan permainan ini sampai selesai. Sampai level 6. 
Gue terus maju. Berupaya melupakan yang lalu-lalu.

Dalam perjalanan, gue bertemu dengan karakter heroik yang menjadikan dirinya sebagai pemandu dalam banyak hal. Secara bertahap menyadarkan bahwa kisah lalu yang tak patut, beragam diam yang carut, perlahan harus dibuat surut.
Menemukan karakter lain yang obrolan singkat antara kami adalah intermezzo sekaligus substansi yang sebaiknya sering dilakoni. Dengan semangat menyuarakan harap dan mimpi-mimpi yang berpadu dalam relevansi hidup dan imajinasi.
Dianugrahi posisi strategis dalam perhelatan besar dan sebuah misi.
Dan pundi-pundi lain yang seolah sedang mengisi tangki pendewasaan dalam diri.

Itu koin penambah kekuatan.

Level ini menyadarkan gue bahwa musuh dan koin penambah kekuatan akan selalu ada. Hadirnya beriringan, bisa jadi saling susul.
Musuh hadir sebagai teguran agar jangan terlalu lama terbahak dalam nuansa jumawa.
Koin penambah kekuatan hadir sebagai penopang agar jangan terlalu lama terkungkung dalam tanduhnya jiwa.
Keduanya hadir sebagai penyeimbang. Keduanya hadir agar tiap level kehidupan terasa selalu patut untuk diperjuangkan, untuk dimenangkan.

Kini, gue berada di penghujung level 4. Level pendewasaan. Didalamnya banyak gejolak yang perlu diselesaikan, kebahagiaan yang pantas dikisahkan, keputusan yang harus dipertanggungjawabkan, alur menyenangkan yang layak dipertahankan, serta sekarung cita-cita dan kesempatan yang patut diperjuangkan.

Gue berharap, koin-koin kekuatan yang sedang dikantongi, dapat dengan sukses mengantarkan pada singgasana Sang Raja dan mengalahkannya. Atau setidaknya, selalu bisa meyakinkan diri bahwa tiap level kehidupan, dalam bentuk apapun, selalu patut dijalani.

Untuk pendewasaan.