Friday, March 29, 2013

Kala

Kau tak memilih kata. Yang kau tahu hanya kekuatan rasa. Kegundahan yang kau semai dalam beragam dilema, atau bahagia yang kau pelihara di atas bentangan cinta.
                Kau tak memilih alur. Yang kau ikuti adalah logika dan rasa yang membaur. Diujungnya mungkin ada sesal yang melebur, atau akhir dengan gempita yang membalur.
                Menjelagalah jiwamu dalam manusia yang beriak. Biarkan pikirmu tenang sejenak. Diam dan menunggu renungmu ada yang menyibak.
....................................
                Seseorang dari masa depan datang menyapa. Menyita fokusmu yang mengudara. Merangkul keras hatimu yang mulai kehilangan daya.
Kau tak memilih kata, tak juga memilih alur cerita.
Karena rasa telah tercipta.
Kala ia menyapa.

Thursday, March 21, 2013

Dengan Caramu

Kerelaanku terjawab sudah.

Berlayar dengan getir tak melawan arus, menyusuri lorong-lorong pengabdian yang menggaungkan namamu.

Ditemani kanal-kanal mimpi, aku terus mendayungi segala harap yang kau ciptakan. Mencoba menyibak tiap derai, menuju tempat bersandar.

Cemas dan bahagia yang kularung menjelma dalam bentangan langit saga. Mataku menengadah luas ke atas. Kusesapi dalam-dalam indahnya wajah surga. Mengulik tiap gumpalan cirrus yang perlahan menipis.

Kupejamkan mata, dan kubisikkan namamu...

Sedetik kemudian, hatiku berdesir dalam gemuruh kepak sayap yang menuju pulang. Langit tak lagi saga. Tak terpampang lagi wajah surga. Dan sang surya perlahan berhenti menjelaga dunia. Sedang aku dan getirku terus menuju muara, membiarkan arus yang membawa.

Aku mulai letih menggubris getir. Namun tetap saja kubiarkan arus membawaku pada muara bernama takdir.

Sayup-sayup kudengar pikirku berbisik.

“Menepilah, sandarkan perahumu pada semesta cahaya. Temukanlah bahagia disana. Rengguhlah cinta dengan caramu, dengan cara sederhana.

Karna kau, pantas mendapatkannya.”

Tuesday, March 12, 2013

Pagi Ini

10 Maret 2013

Rindu terlalu cepat menyapa saat kurasakan hangatnya mentari menyusupi dinding kamarku. Untuk kesekian kali, kubiarkan rindu erat-erat memelukku. Kurelakan kedua mata membelalak lebih awal saat kupandangi wajahmu.
Hangatnya mentari terus menyusup, kini menyeluruh mengelilingi sekitarku. Aku masih saja menggumami tentangmu.
Dari balik jendela kamar dan kenaifan rasa, kubiarkan babak demi babak perlahan terkuak. Tergelar sempurna mengawali hari. 
..............................
Tak seperti rindu-rindu terdahulu, kepingan rindu kali ini datang atas nama kerelaan.
..............................
Hangatnya mentari tak kubiarkan menyusupi hati. Meski rindu ingin lebih lama bercengkrama, kuantar ia menuju gerbang kenangan, pembatas antara kenyataan dan khayalan. Dan sebelum berpisah, kusematkan padanya sebuah sandi. Dengan itu, Ia bisa kapan saja menyambangi.

Mengikuti hangatnya mentari yang menyusupi dinding kamarku.

Seperti pagi ini.