Sunday, February 24, 2013

Konsep Buku Harian

   Aku begitu mengenal dirimu. Aku tahu betul bagaimana caramu tertawa, bagaimana kau sampaikan harapmu, bagaimana kau merapikan rambutmu, dan bagaimana kau mengisi hariku.
    Aku pernah sangat memelihara cinta. Ya, itulah saat hampir 2 tahun bersamamu. Meski diwarnai pula dengan beragam polemik, toh nyatanya aku mencintaimu. Bersamaan dengan tulisan ini, biarkan sejenak aku menyelami kisah indah itu. Biarkan sejenak air mataku tercurahkan untuk segala penyesalan. Hingga ku terlelap dan terbangun kembali dengan cerita baru.
Karena merindu, tak berarti enggan mengukir kisah baru. Karena mengingat, bukan berarti tak lagi memiliki tempat.


28 Juni 2011
.........
Menutup segala kisah di masa lalu
Melupakan segala rayu yang menjemu
Mencoba merajut singgasana baru
.........

8 Juli 2011
.........
Biarkan sejenak aku bermalam dengan tangis
Mendulang butir-butir yang kita titi dengan manis
Tak peduli meski berakhir dengan tragis
Karena rasa ini agaknya enggan untuk terkikis
Biarkan sejenak aku bercakap dengan kapas-kapas mimpi yang kucoba susun kembali
Mengumpulkan keping-keping asa yang senantiasa menyiksa diri
Mendulang harap dan mengimpikan kisah kita dapat utuh kembali
Dan satu lagi
Biarkan sejenak aku terlelap dalam romansa masa lalu
Menikmati buainya dan merasakan detik-detik penyesalan berlalu
Mendekapi bayangmu meski dalam semu
Karna hingga kini, hanya kau yang kumau

12 Juli 2011
Cinta ini sanggup kalahkan logika
Menari dan memenuhi segala rongga
Menyelinap di antara aorta
Dan menikam dengan segala pesona
Membuatku tak peduli akan segala
Adakah kau rasa yang sama?

3 Agustus 2011
Seperti berkutat pada kesedihan yang sama
Air mata yang meluap tak hentinya bersabda
Menyeruak tak tahu diri dan bercokol dengan segala luka
Membuat bibirku terkatup dan mengutuk tiada habisnya
Dengan segenap cemas dan luka
Aku harus rela

26 September 2011
Sudah sewindu sejak terakhir kupekikkan segala rona
Menorehkan segala asa dalam rasa yang menyala
Namun kini jelas berbeda
Dalam genggam, kau tak lagi ada
Dalam langkah, kau tak lagi serta
Namun dalam hati, kau selalu terbaca
Karena rasa ini, enggan berputus asa

28 September 2011
Berpuluh rindu yang kukecap saat terakhir kita bersama
Mendulangnya bagai imaji yang takkan pernah terjadi
Dan kini sapamu bertandang kembali
Menjamahi tiap relungku yang sepi
Adakah kau kan kembali?
Adakah kisah kita dapat terajut dengan pasti?
Adakah kau kan mengamini atas semua tanya ini?

26 November 2011
Dan sejak saat itu, kita tak pernah lagi satu
Saat sang waktu meringkik mnjadi saksi bisu
Atas segala akhir kisah yang kelabu
Walau dengan segala kepayahan kucoba hapus segala rasa
Dengan naifnya ia senantiasa bercokol dalam dada
Adakah kau rasa yang sama?
Adakah kau rasa rintihan pada tiap tawa?
Adakah kau rasa guratan pada tiap wacana?
Karena tetap saja, aku mencinta

23 April 2012
Kau dan Aku telah bersepakat untuk tak lagi satu
Menjerembabkan segala kisah dan membiarkan semua berlalu
Kita seolah berpacu
Berusaha merakit dan mendayung kisah baru
Aku berlari dan berkutat pada semesta yang menjemu
Saat kita tak lagi padu
Maafkan, aku merindu

30 Agustus 2012
Menggenggam pesonamu saat bersamaan menarik lirih tirai abu-abu, adalah sendu
Menyibak tiap derai kasih pada lembaran merah jambu, adalah syahdu
Meneguk tetes demi tetes alur kuyu pada tungkai-tungkai rapuh, adalah pilu
Semesta tak pernah lagi kenal kita
Hanya hati, muara dari segala rasa yang berbicara
Menyuarakan nada-nada romansa
Melantunkan beragam dilema
Sementara detakku, detakmu, terus melaju
Menyemai babak demi babak setahun yang lalu
Dan sedetik kemudian, aku termangu
Haruskah kusetia menunggu?
Atau memang aku, yang dungu?

28 Januari 2013
Sukmaku mengerang saat rindu itu kembali terkenang
Cinta yang dikisahkan dalam romansa yang tak mengarang
Tetap sama indahnya, dulu dan sekarang
Tiap tatap yang bertemu
Tiap jemari yang menyatu
Tiap langkah beriringan yang berpadu
Tiap itu juga firasatku mengatakan, aku mencintaimu

Friday, February 22, 2013

Maaf yang Belum Terucap

                   Maaf atas kebersamaan yang terlalu singkat. Maaf atas cara yang tak pantas untuk meninggalkan jejak. Maaf atas segala asa yang kiranya harus berhenti berdecak. Dan untaian maaf lainnya yang belum terucap.
                Aku percaya bahwa selalu ada alasan pada tiap pertemuan. Begitu pula dengan pelajaran pada setiap perpisahan.

15 Desember 2012
Entah memang cinta, atau sandiwara
Seolah tiap dentum hanya berisi problema
Didesingkan kata rindu dan segala puja
Menyuarakan harap seolah tiada nestapa
Entah memang cinta, atau sandiwara
Yang dalam lontaran selalu rona asmara
Bergidik tanpa telisik
Menggubris hati yang berbisik
Sedang kau dan cemasmu seolah tak terusik
Entah memang cinta, atau sandiwara
Ditemalikan cinta yang dirawat
Namun kini hilang nyaris sekarat
Bukan, bukan jiwanya yang tepat
Namun waktuku yang mungkin tak lagi bermandat