Thursday, January 16, 2014

Meramai

Gemericik sisa hujan sore menetes pada gembur tanah
Mendendang dalam sungut tanpa petuah

Lamun mendiamkan jejak dalam jingga keemasan
Menyisakan tetes langit untuk malam
Denting jarum pada dinding
dan erang jangkrik-jangkrik di sudut halaman saling adu

Derap jantung memburu angin yang membawa resah
Susul-menyusul tak ingin sudah

Dingin menyusup dalam kersik
Memeluk hangatnya susu coklat yang enggan diteguk

Kata-kata lalu lalang menjadi kalimat
Mencuat minta diucap
Kalimat-kalimat saling singgung menjadi harap
Tersusun minta diserahkan pada langit
Dan harap-harap bermunculan menjadi payah
Menciut terbendung urung, tak tersampaikan
Terantuk di atas halaman sebuah buku harian yang terbuka
Belum juga sampai pada titiknya

Malam kian meramai

Pena merah jambu berkali diketuk bangunkan lamun yang tak ingin mereda
Tirai dan jerujinya bergesekkan
Mengantarkan dingin malam menjerat sesal yang mengudara
Tumpukan rindu bertebaran
Berantakan di atas khayal yang menjadi puing-puing diam
Berserakan pada harum kenang yang tinggal sesap

Dan pada sesal yang mendekam
Malam berhenti meramai