Tiap sore, paling tidak dua kali dalam seminggu, aku berjalan menuju surga
Menapaki karpet keemasan laksana sepatu pesta
Berlatar hutan utopis dan gairah para remaja
Kau benar adanya
Hutan itu membisikkan sebuah mantra
Sesekali namamu mengiang di sana
Ditimpali kersik dari bermacam sabda
Mengingatkanku bahwa tak ada yang lebih mempesona dari kisah sang idealis
Menyuarakan tunas asmara dan geloranya yang perlahan tumbuh dari kata romantis
Kau paling mahir merapal asa dalam tumpukan buku
Kau yang paling lihai berdansa dalam jingkat-jingkat nakal dan keangkuhan masa lalu
Kau juga yang paling syahdu mereguk rasa di antara banyaknya pria yang menawarkan rindu dan cemburu
Kau kah itu,
Buku, pesta, dan cinta
masa mudaku?