Berlari tak kenal lelah
Lantang bersuara tak takut salah
Jatuh, kemudian bangkit dengan lebih gagah
Ah, betapa anak-anak tak pernah merasa payah
Batasan nalar tak menjadi soal
Berimajinasi seliar karnaval
Walau sering dihardik “berandal!”
Masa bodo, mereka tercipta bebal
Adakah yang lebih indah dari kemerdekaan kanak-kanak;
Tak perlu bergincu,
Karena cemong omong kosong selalu menggemaskan dan lucu.
Tak perlu meramu gelagat,
Karena kebodohan – yang paling lengking sekalipun – selalu mengundang
tawa sejagat
Si gendut, si ompong rambut sesikut, juga si hitam berkepang buntut,
tak pernah pusing perihal mana rok butut,
mana model sepatu paling yahud
Tiba-tiba si gendut terungkur
di sela permainan kuda tumbur
ke dalam lumpur
gara-gara melantur
semua pun tertawa dalam baur
Bagai menerjang sekat
Dunia itu kini hanya tinggal semat
tak lagi menyemburat
“Keparat!”
Sang remaja blingsat
“Mengapa semua kini angkuh dan palsu memekat?”
Ia meratapi hingga kedewasaan memeluk erat
(Kolaborasi Puisi Ketengan bersama Reza Rahmandito)
No comments:
Post a Comment