Saturday, July 2, 2016

Derit Roda dan Isi Kepala

(1)
Kita pulang
Meninggalkan ruang yang berjejal peluh dan wajah kuyu
Melewati rimbun semak, jalan setapak, juga ranting-ranting patah
yang melahirkan pengakuan dan puisi
menuju stasiun yang menyisakan lengang dan sepi

Yang ramai hanya derit barisan roda
barangkali juga isi kepala

(2)
 Kita pulang
Memanggul rindu dari balik punggung yang melintas
Memasuki peron yang menjaraki sapa dan tanda tanya

Berlaju memecah angin berdebu
Juga celah di antara tatap yang tak lagi bertemu

(3)
Kita pulang
Memalingkan wajah menuju entah
Membasuh malam
Meniduri pikiran-pikiran kusut

Mengurai waktu
lalu bersetia menunggu

No comments:

Post a Comment